Posts

Showing posts with the label MUSIK

LOKANANTA: Menyelamatkan Musik Indonesia (Bag. III)

Image
Sebuah cerita tentang pabrik piringan hitam sekaligus perusahaan rekaman tertua milik pemerintah Republik Indonesia. Oleh: Ayos Purwoaji dan Fakhri Zakaria Sebelumnya :  LOKANANTA: Menyelamatkan Musik Indonesia (Bag. I) LOKANANTA: Menyelamatkan Musik Indonesia (Bag. II) *** “Lokananta itu sebuah sejarah.” Dalam kesempatan terpisah, artis besar Lokananta lainnya, Bubi Chen, mengatakan hal yang sama. “Rekaman di Lokananta begitu berkesan,” kata Bubi Chen. “Rekaman saya adalah rekaman jazz pertama yang dilakukan Lokananta,” kata pianis yang masuk satu dari sepuluh besar pianis jazz dunia versi majalah Downbeat ini. Lokananta dengan studionya yang besar memang memungkinkan untuk melakukan live recording, sebuah proses rekaman secara langsung karena permainan jazz yang penuh improvisasi.  Oleh karena itu materi rekaman tidak direkam terpisah dalam tiap-tiap track. Saat itu nama kelompoknya adalah Bubi Chen Kwartet, salah satu anggotanya adalah Jack Lemmers, atau lebih dikenal dengan sebutan

LOKANANTA: Menyelamatkan Musik Indonesia (Bag. II)

Image
Sebuah cerita tentang pabrik piringan hitam sekaligus perusahaan rekaman tertua milik pemerintah Republik Indonesia. Oleh: Ayos Purwoaji dan Fakhri Zakaria LOKANANTA: Menyelamatkan Musik Indonesia  (Bag. I) baca disini... *** Sebelum menjabat sebagai kepala Lokananta, Pendi sebenarnya ditugasi oleh pimpinannya untuk melakukan riset pasar percetakan di Solo. Ternyata ada pergantian kepemimpinan di PNRI pusat. Oleh pimpinan yang baru, Pendi kemudian diangkat menjadi kepala Lokananta yang baru. “Industri rekaman adalah hal baru bagi saya,” kata Pendi yang sebelumnya lebih banyak bergelut di bidang industri grafika. “Pernah selama beberapa minggu saya bengong saja, ndak ngapa-ngapain”, kata Pendi yang baru tiga bulan ini menjabat.  Indonesia di medio 1950-an. Saat itu RRI masih menjadi raja, radio dengan jangkauan paling luas dengan segmen pendengar dari semua umur. Program utamanya berupa siaran berita dan pemutaran musik permintaan dari pendengar yang dikirim melalui lembar pilihan pend

LOKANANTA: Menyelamatkan Musik Indonesia (Bag.I)

Image
Sebuah cerita tentang pabrik piringan hitam sekaligus perusahaan rekaman tertua milik pemerintah Republik Indonesia. Oleh: Ayos Purwoaji dan Fakhri Zakaria Solo - Titik Sugiyanti memandangi ribuan piringan hitam penuh debu di depan matanya. Ruang penyimpanan tanpa pendingin itu penuh dengan ratusan rak besi yang menyimpan hampir 40.000 kaset, vinyl dari berbagai genre. Meski di luar Malaysia berkoar-koar mengakui bahwa lagu “Negaraku” adalah milik mereka, namun Titik yakin, di satu tempat dalam ruangan ini, Lokananta menyimpan versi aslinya.  Setelah hampir seminggu melakukan pemilahan yang melelahkan, akhirnya lagu yang membuat kehebohan tadi ditemukan. Judul aslinya adalah “Terang Bulan” ciptaan Saiful Bahri yang asli orang Indonesia. Dalam arsip Lokananta lagu berdurasi 11 menit 15 detik ini pernah direkam di RRI Jakarta tahun 1956 dan dipindahkan ke piringan hitam oleh Lokananta pada 16 Maret 1965. Penyanyinya adalah Orkes Studio Djakarta yang dipimpin langsung oleh Saiful Bahri.

Nasib Lokananta, Cikal Bakal Rumah Musik Indonesia

Image
Sudah sangat banyak hal penting di negeri ini yang seolah terlupakan seiring dengan berkembangnya jaman, salah satunya adalah “Sejarah”. Musik Indonesia juga punya sejarah panjang. Di Solo, berdiri sebuah bangunan tua yang dihuni oleh ribuan lagu bersama dengan kisahnya masing-masing sejak tahun 1956 hingga saat ini. Bangunan tua yang menyisakan banyak sejarah dan menjadi cikal bakal industri musik Indonesia itu adalah Lokananta. Malaysia bisa saja berkoar-koar mengakui bahwa lagu “Negaraku” adalah milik mereka, namun di satu tempat dalam ruangan, Lokananta masih menyimpan versi aslinya. lagu yang sempat membuat kehebohan di beberapa media akhirnya ditemukan. Judul aslinya adalah “Terang Bulan” ciptaan Saiful Bahri yang asli orang Indonesia. Dalam arsip Lokananta lagu berdurasi 11 menit 15 detik ini pernah direkam di RRI Jakarta tahun 1956 dan dipindahkan ke piringan hitam oleh Lokananta pada 16 Maret 1965. Penyanyinya adalah Orkes Studio Djakarta yang dipimpin langsung oleh Saiful Bah

Societeit de Harmonie, "The Story of E Accoustic"

Image
Melismatis, salah satu group yang tampil pada "The Story of E Accoustic", band dengan konsep folk eksperimental.   foto : ist/Melismatis-bspot Makassar - Di sudut gedung kesenian Societeit de Harmonie, malam itu, semuanya serba sederhana. Penerangan di ruangan berukuran separuh lapangan futsal itu hanya mengandalkan temaram cahaya lilin. Tidak ada dekorasi untuk mempercantik tempat itu. Di gelanggang yang serba pas-pasan di Jalan Riburane, Makassar, itulah berlangsung "The Story of E Accoustic", Jumat malam lalu (08/02). Tanpa pembawa acara dan musik pembuka yang membahana, konser dimulai pada pukul 21.30 dengan alunan dari Our Time is Now. Kali ini, cahaya lilin mendapat bantuan dari lampu yang menyorot ke titik lakon. Selesai dengan dua lagu, kuartet itu berganti dengan grup berikutnya. Malam itu, ada tujuh grup yang tampil, yaitu Insidia, Kicking Monday, Maecoustic, Melismatis, Fauziah Narulita, dan No Time To Run. Kesederhanaan ini dapat mengikat sekitar seratu