Nasib Lokananta, Cikal Bakal Rumah Musik Indonesia



Sudah sangat banyak hal penting di negeri ini yang seolah terlupakan seiring dengan berkembangnya jaman, salah satunya adalah “Sejarah”.

Musik Indonesia juga punya sejarah panjang. Di Solo, berdiri sebuah bangunan tua yang dihuni oleh ribuan lagu bersama dengan kisahnya masing-masing sejak tahun 1956 hingga saat ini. Bangunan tua yang menyisakan banyak sejarah dan menjadi cikal bakal industri musik Indonesia itu adalah Lokananta.


Malaysia bisa saja berkoar-koar mengakui bahwa lagu “Negaraku” adalah milik mereka, namun di satu tempat dalam ruangan, Lokananta masih menyimpan versi aslinya. lagu yang sempat membuat kehebohan di beberapa media akhirnya ditemukan. Judul aslinya adalah “Terang Bulan” ciptaan Saiful Bahri yang asli orang Indonesia. Dalam arsip Lokananta lagu berdurasi 11 menit 15 detik ini pernah direkam di RRI Jakarta tahun 1956 dan dipindahkan ke piringan hitam oleh Lokananta pada 16 Maret 1965. Penyanyinya adalah Orkes Studio Djakarta yang dipimpin langsung oleh Saiful Bahri.

Lokananta adalah perusahaan rekaman musik (label) pertama di Indonesia yang didirikan pada tahun 1956 dan berlokasi di Solo, Jawa Tengah. Sejak berdirinya, Lokananta mempunyai dua tugas besar, yaitu produksi dan duplikasi piringan hitam dan kemudian cassette audio. Mulai tahun 1958, piringan hitam mulai dicoba untuk dipasarkan kepada umum melalui RRI dan diberi label Lokananta yang kurang lebih berarti "Gamelan di Kahyangan yang berbunyi tanpa penabuh".

Semenjak tahun 1983 Lokananta juga pernah mempunyai unit produksi penggadaan film dalam format pita magnetik (Betamax dan VHS).

Melihat potensi penjualan piringan hitam maka melalui PP Nomor 215 Tahun 1961 status Lokananta menjadi Perusahaan Negara. Lokananta sekarang menjadi salah satu cabang dari Perum Percetakan Negara RI. Sebagai Perum Percetakan Negara RI cabang Surakarta kegiatannya antara lain :

1. Recording
2. Music Studio
3. Broadcasting
4. Percetakan dan Penerbitan

Lokananta sampai sekarang masih mempunyai koleksi ribuan lagu-lagu daerah dari seluruh Indonesia (Ethnic/World Music/foklor) dan lagu-lagu pop lama termasuk di antaranya lagu-lagu keroncong. Selain itu Lokananta mempunyai koleksi lebih dari 5.000 lagu rekaman daerah bahkan rekaman pidato-pidato kenegaraan Presiden Soekarno.

Koleksinya antara antara lain terdiri musik gamelan Jawa, Bali, Sunda, Sumatera Utara (batak) dan musik daerah lainnya serta lagu lagu folklore ataupun lagu rakyat yang tidak diketahui penciptanya. Rekaman gending karawitan gubahan dalang kesohor Ki Narto Sabdo, dan karawitan Jawa Surakarta dan Yogya merupakan sebagian dari koleksi yang ada di Lokananta. Tersimpan juga master lagu berisi lagu-lagu dari penyanyi legendaris seperti Gesang, Waldjinah, Titiek Puspa, Bing Slamet, dan Sam Saimun. Lokananta telah melahirkan beberapa penyanyi ternama di Indonesia.

Salah Satu karya musik produksi Lokananta adalah merekam lagu Rasa Sayange bersama dengan lagu daerah lainnya dalam satu piringan hitam. Piringan hitam ini kemudian dibagikan kepada kontingen Asian Games pada tanggal 15 Agustus 1962. Lagu Rasa sayange yang merupakan lagu foklore dari Maluku yang telah menjadi musik rakyat Indonesia.

Tapi tahukah, apa kabar Lokananta saat ini?


Sebagian besar karya tidak terawat dan rusak, Beberapa koleksi dijual secara terpaksa kepada kolektor untuk biaya operasional, Barang-barang inventaris studio sudah tidak aktif dan tidak layak pakai, Banyak alat rekaman vintage dan alat pemutar yang bisa dirawat dan menjadi aset penting sejarah.

Ya, sejak 1956 hingga beberapa tahun belakangan ini, masa keemasan Lokananta sudah berlalu, dan kini Lokananta semakin terpuruk dihajar jaman. Apalagi, setelah dibubarkannya Departemen Penerangan yang sebelumnya menaungi dan kini berpindah tangan ke Perum PNRI hampir tidak dikenal lagi oleh masyarakat luas.

 Belum lagi pembajakan yang sudah di hadapi oleh Lokananta sejak 1982, itu mengakibatkan penjualan kaset lokananta menurut drastis.

Lalu apa kabar bapak Presiden RI yang telah merilis 3 produk Industri musik yang sudah dihasilkannya sejak menjabat? Adakah kepedulian khusus untuk Lokananta?

Jika mengingat Tahun Industri Kreatif yang didengungkan pemerintah sejak setahun silam, kisah Lokananta adalah suatu ironi. Bagaimana cikal bakal inudstri musik nasional, yang merupakan subsektor dalam industri kreatif, justru terlupakan (atau sengaja dilupakan). Perumpamannya seperti sebuah rumah besar dengan pondasi yang keropos. Padahal presiden kita saat ini punya hubungan yang erat dengan industri ini, setidaknya jika dilihat dari tiga produk industri musik yang sudah dihasilkannya.

Ah, tidak usah di bahas lebih banyak soal ini. Mungkin merilis album adalah bentuk pencitraan tanpa harus peduli lebih banyak tentang industri musik Indonesia yang sudah sangat tidak bersahabat bagi musisi-musisi saat ini. Kini, saatnya bergerak sendiri dan memang sejak dulu, seharusnya perbaikan negara ini ada di tangan kita sendiri yang sadar betul tentang semua ketertinggalan ini.

Semangat untuk menyelamatkan musik Indonesia dan Lokananta, akhirnya kembali muncul ke permukaan. Sejumlah kelompok muda yang intens terhadap even subkultural ingin menghidupkan kembali cikal bakal industri musik di Indonesia dalam 'Festival Lokananta', yang digelar di Lokananta Kota Solo pada 30 Nopember hingga 1 Desember 2012, Band lokal yang sedang naik daun seakan memainkan gairah bermusik kawula muda di suasana lawas Lokananta. Diantaranya Seringai, Homogenic, Orkes Keroncong (OK) Swastika, Samalona, Down For Life dan Trahgali Soulja.

Minggu malam, 2 desember 2012, sebanyak 15 artis ibukota mengadakan konser dukungan untuk Lokananta, di studio Stasiun TV Indosiar Jakarta.

Glenn Fredly hingga 'White Shoes and The Couples Company' juga musisi lainnya melakukan sesi rekaman di Lokananta sekaligus membuat komunitas bernama 'Sahabat Lokananta’.


Dan saat ini, segerombolan scene local Makassar dalam berbagai komunitas kreatif yang bergerak di jalurnya masing-masing, sedang mengusung rencana menggelar sebuah pertunjukan musik, workshop & screening untuk Lokananta. Konsep gelarannya masih sedang dalam perbincangan. Dari Makassar untuk Lokananta ini akan di kemas menarik dan sangat berbeda dengan gelaran event musik yang ada di Makassar sebelumnya. Hal ini  dilakukan hanya untuk menghidupkan kembali Lokananta yang merupakan cikal bakal industri rekaman musik di Indonesia.

Sampai saat ini, Lokananta tetaplah sosok tua yang sendirian. Studio besar itu tetap sepi dari aktivitas rekaman meski sudah ada penambahan fasilitas rekaman hingga puluhan track. Lokananta terus menunggu dan menanti musisi-musisi muda cerdas berbakat untuk menggantikan para virtuoso alumnus Lokananta yang sayup-sayup suaranya masih bergema di dinding Lokananta, hingga detik ini.

Oleh : Juang Manyala - @musikkamar90

Comments

Popular posts from this blog

Ancaman dan Keamanan pada Sistem Operasi