Bakat Saja Tidak Cukup


Bakat Saja Tidak Cukup. Banyak perusahaan memburu orang-orang berbakat untuk direkrut. Sebagian dari manajer beranggapan bahwa mereka adalah batu berharga yang sangat berguna bagi perusahaan. Tapi benarkah batu berharga itu akan bersinar bila tidak diasah lebih dulu?

Berbagai peraih prestasi hebat, seperti Chris John, Ananda Sukarlan, dan Garin Nugroho tak mungkin hanya mengandalkan apa yang kerap disebut sebagai bakat (talent). Setiap hari, Chris menghabiskan berjam-jam melatih jab kiri dan kanan, melompat tali, melatih otot perut, dst. Setiap hari, Ananda mengasah kepekaannya akan nada dan melatih ketrampilan jemarinya di atas tuts piano.

Bakat luar biasa adalah fungsi kerja keras. Geoff Colvin membantah argumen yang menyebutkan bahwa bakat adalah batu berharga yang akan bersinar cemerlanng tanpa diasah sekalipun. Karena itu, ia memberi judul bukunya Talent Overrated–di mata Colvin, bakat kerap diberi peringkat tinggi melebihi yang semestinya (overrated).

Colvin memulai bukunya yang argumentatif itu dengan mengajukan pertanyaan: Dari mana kinerja hebat atau keahlian hebat berasal? Sembari mengutip karya Anders Ericsson, Colvin menyatakan bahwa bakat luar biasa akan bersinar melalui praktek terfokus yang berlangsung dalam jangka waktu lama.

Namun jangka waktu lama (Malcolm Gladwell dalam Outliers mempopulerkan kaidah 10 ribu jam yang dirumuskan oleh Ericsson) bukanlah jaminan kecemerlangan. Ada tipe praktik tertentu, kata Ericsson, yang perlu dijalani untuk mengembangkan kemampuan orang yang dianggap berbakat—praktik ini disebut deliberate practice.

Di dalam deliberate practice terdapat unsur spesifik agar kita dapat belajar dengan cara paling efektif dan efisien. Inilah yang disebut oleh Colvin sebagai cetak biru yang harus diikuti. Seseorang mungkin memiliki cara berlatih yang khas agar mahir dalam bermain piano: kemampuan fokus dalam waktu yang lama.

Deliberate practice membantu orang-orang yang mempunyai kecerdasan musikal agar bisa menjadi pemusik setara Ananda Sukarlan. Seorang Leonel Messi yang mempunyai kecerdasan kinestetik (berkaitan dengan olah tubuh) membutuhkan latihan yang keras pula, meskipun mungkin lebih cepat mahir dalam mengocek bola dibandingkan dengan orang lain yang kecerdasan kinetetiknya tidak begitu tinggi.

Colvin menyebut pelajaran lain bahwa mereka yang hanya membaca tidak akan bertambah baik, sedangkan mereka yang mengerjakan apa yang mereka baca akan tumbuh berkembang. Sebagai contoh, bila Anda sekedar membaca tips bermain gitar tanpa mempraktikkannya berulang-ulang, maka tips itu hanya menjadi pengetahuan yang mungkin segera lenyap dari ingatan. Efek positifnya baru terasa bila tips tersebut dipraktikkan.

Baik Andersen, Gladwell, maupun Colvin sama-sama berkesimpulan bahwa apa yang disebut sebagai bakat natural (natural talent) tidaklah cukup untuk menjadikan seseorang hebat. Diperlukan kerja keras untuk mengubah kecondongan alamiah atau kecerdasan bawaan seseorang agar menjadi kecerdasan yang aktual, seperti menjadi pesepakbola yang hebat, pemusik jenius, ataupun ilmuwan yang mencengangkan. Kemampuan bermain sepakbola Bambang Pamungkas tidak akan banyak berbeda dari Anda jika ia hanya menendang bola saat mengikuti pertandingan 17 Agustusan seperti yang Anda lakukan. ***

Sumber : blog Tempo Interaktif

Comments

Popular posts from this blog

Ancaman dan Keamanan pada Sistem Operasi