7 Kasus Pembunuh Bayaran yang Menggemparkan Indonesia (bag.1)

Kasus pembunuhan Holly Angela Hayu Winanti di kamar lantai 9 AT, Tower Ebony, Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan akhirnya terkuak. Polisi menangkap dua orang eksekutor Holly, mereka mengaku mendapat bayaran Rp 40-50 juta untuk membunuh istri siri pejabat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) itu.

Hakim menunjukkan bukti senjata api (pistol) kepada saksi R Mulawarman (kanan), Juan Felix Tampubolon (tengah) dan Tommy Soeharto pada sidang kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita dengan terdakwa Tommy Soeharto di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Rabu, 24 April 2002. (Senjata tersebut diduga merupakan alat yang digunakan R Mulawarman dan Noval Hadad untuk membunuh Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita pada tahun 2000). foto: TEMPO/ Amatul Rayyani
Benar saja, setelah mendalami kasus dengan meminta keterangan dua orang eksekutor itu, polisi akhirnya menetapkan Gatot Supiartono, suami siri Holly yang juga pejabat BPK, sebagai tersangka. Kasus Holly ini menambah panjang deretan kasus pembunuhan yang melibatkan pembunuh bayaran.

Sebelumnya, beberapa kasus pembunuhan juga sempat terkatung-katung lama pengungkapannya. Akhirnya, polisi menguak kasus-kasus itu ternyata juga melibatkan pembunuh bayaran.


1. Kasus pembunuhan Syafiuddin Kartasasmita
Kasus pembunuhan ini gempar pada 2001 lalu. Syafiuddin Kartasasmita, Hakim Agung pada Mahkamah Agung (MA) RI, tewas ditembak pada 26 Juli 2001. Publik menduga-duga, peristiwa tragis itu berkaitan dengan kasus tukar guling Goro Batara Sakti, kasus yayasan milik HM Soeharto, kasus Bob Hasan.

Syafiuddin tewas ditembak ketika hendak menuju ke kantor. Hakim Agung yang menduduki jabatan terakhir ketua muda bidang pidana, itu ditembak oleh empat orang mengendarai Yahama RX King. Empat peluru bersarang ditubuh Syafiudin hingga dia tewas.

Peristiwa penembakan itu, melibatkan nama pengusaha besar Hutomo Mandala Putra (HMP), anak bungsu Mantan Presiden Soeharto. Bahkan, HMP sempat divonis 15 tahun penjara dalam kasus itu. Bukti kuat yang menjerat Tomy Soeharto--sapaan gaul HMP, antara lain dari keterangan dua eksekutor, Mulawarman dan Noval Hadad.

Mulawarman dan Noval Hadad ditangkap pada 7 Agustus 2001. Hasil pemeriksaan, Mulawarman mengakui telah menerima order dari Dodi untuk melakukan pembunuhan Syafiuddin Kartasasmita.


2. Pembunuhan Boedyharto Angsono Dirut PT Asaba
Tiga tahun setelah kasus pembunuhan menimpa Hakim Agung Syafiuddin, kali ini giliran Boedyharto Angsono Direktur Utama PT Aneka Sakti Bhakti (PT Asaba) pada 19 Juli 2003. Sebelum Boedyharto, anak buahnya lebih dulu jadi sasaran pembunuhan, yakni Paulus Teja Kusuma.

Paulus menjabat Direktur Keuangan PT Asaba. Dia ditembak dua orang pengendara motor di Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, di depan Hotel Golden pada 6 Juni 2003. Pembunuh bayaran berhasil menyarangkan peluru ke dada dan leher Paulus, namun Paulus selamat dari kematian.

Baru enam pekan kemudian, pada 19 Juli 2003, sejumlah pembunuh bayaran beraksi membunuh Boedyharto Angsono yang saat itu sedang bersama pengawal pribadinya, Serda Edy Siyep (anggota Kopassus). Keduanya ditembak mati sekitar pukul 05.30 WIB di depan lapangan basket Gelanggang Olahraga Sasana Krida Pluit, Jakarta Utara.

Tak sulit bagi aparat kepolisian mengungkap kasus pembunuhan tersebut. Sekitar dua pekan kemudian, pada 31 Juli 2003, polisi menangkap empat anggota Marinir yang diduga terkait kasus pembunuhan Boedyharto. Yaitu, Kopda (Mar) Suud Rusli, Kopda (Mar) Fidel Husni, Letda (Mar) Syam Ahmad Sanusi, dan Pratu (Mar) Santoso Subianto.

Keempat anggota Marinir itu merupakan pengawal pribadi Gunawan Santoso, mantan menantu Boedyharto sendiri.

Gunawan Santoso, selain mantan mantu Boedyharto, juga pernah menjabat sebagai eksekutif di PT Asaba. Tapi dia terjerat kasus penggelapan dana perusahaan sebesar Rp 25 milyar. Akibat perbuatannya, pada 2002 dia divonis 28 bulan penjara.

Pada 16 Januari 2003 dia berhasil kabur dari LP Kuningan, Jawa Barat. Dalam masa pelariannya, dia melakukan face off (merubah wajah), terutama bentuk mata, hidung, dan bibir. Juga mengganti identitas. Ia bersembunyi di Griya Kemayoran, dengan uang sewa Rp 1,8 juta per bulan.

Gunawan tak lupa melengkapi penampilannya dengan mobil mewah. Dalam masa pelariannya itu, Gunawan merancang aksi pembunuhan terhadap Paulus Teja Kusuma dan mantan mertuanya Boedyharto Angsono. Usai 4 anggota marinir tertangkap, Gunawan dicokok pada 12 September 2003.


3. Pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen
Kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, Direktur BUMN PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) pada 2009, ini menjadi kasus pembunuhan terbesar setelah pembunuhan bos PT Asaba pada 2003. Kasus ini melibatkan banyak orang-orang besar, salah satunya Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar.

Nasrudin ditembak mati usai main golf di Modernland, Tangerang, pada Sabtu, 14 Maret 2009. Selain Antasari, nama-nama besar lain yang terlibat adalah Komisaris Besar Polisi Wiliardi Wizard dan Sigid Haryo Wibisono (pengusaha, namun lebih diduga markus alias makelar kasus).

Nama-nama eksekutor yang disewa adalah Eduardus Ndopo Mbete alias Edo, Hendrikus Kia Walen, Daniel Daen Sabon, dan Heri Santosa. Mereka disewa Williardi melalui Jerry Hermawan Lo.



Sumber: Merdeka.com

Comments

Popular posts from this blog

Ancaman dan Keamanan pada Sistem Operasi