Sekilas Tentang KOPASKA
“tan hana wighna tan sirna”
Tidak ada rintangan yang tidak dapat di lalui, itulah slogan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL yang memebuat para prajuritnya menjadi kuat, tangguh dan pemberani. 50 tahun lalu pada tanggal 31 Maret 1962 di lahirkan, para manusia katak (Chantoka) telah lama menjadi katak dewasa namun perhatian mereka mulai berubah karena kondisi negara dalam keadaan damai, dari tugas pokok melaksanakan operasi khusus, mendukung operasi amfibi, penanggulangan perompakan dan terorisme di atas ataupun bawah air. Kemampuan dan modernisasi peralatan pendukung terus di tingkatkan sesuai dengan perkembangan yang ada, dari pengalaman selama 50 inilah Kopaska kian di kenal di mata dunia.
Pembentukan
Tahun 1954 di Surabaya merupakan pusat kekuatan ALRI (TNI AL) di Indonesia, seorang perwira mempunyai gagasan untuk membentuk satuan frogmen dalam jajaran TNI AL. Kapten (Jas) Dch Iskak yang menjabat sebagai Kepala Dinas Duril, dengan dukungan dari Dinas Ranjau memberanikan diri membentuk pasukan katak (frogman unit). Direkrutlah 12 orang dan yang berhasil lulus hanya 4 orang. Kapten Iskak tidak sendirian dalam membentuk pasukan ini, di belakang beliau ada seorang penyelidik misi militer dari Belanda. Hasil dari pembentukan frogmen unit ini masih jauh dari harapan maka pada tahun 1957 ALRI mengirim seorang perwira Letnan Hidayat ke US NAVY dalam program UDT (Uderwater Demolition Team) Reserve Training Course di Amerika, dan hasilnya memuaskan. Semenjak itu TNI AL mulai membangun pondasi bagi pasukan yang di cita-citakan.
Letnan Hidayat kemudian meneruskan program frogman tersebut di tanah air dengan merekrut 50 orang dari anggota ALRI sendiri, namun belum dapat di ketahui berapa orang yang dapat lulus dari program hellweek tersebut. Dari pengalaman program frogmen yang kedua ini disadarai bahwa tenaga istruktur masih belum mampu untuk melaksanakan rekruitmen dengan baik, sehingga 2 Perwira dan 1 Bintara di kirim kembali ke AS, namun hanya 1 Perwira dan 1 Bintara saja yang berhasil menyeselesaikan kursus UDT di AS. Tahun 1958 Indonesia ibarat remaja berjerawat yang sedang mencari identitas diri, mengalami berbagai pemberontakan, salah satu jerawatnya adalah pemberontakan PRRI/PERMESTA Penumpasan ini didalamnya melibatkan operasi amfibi di Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat. Kapal-kapal perang RI mengalami kesulitan masuk ke daerah perawan ini, karena banyak rintangan laut yang tidak di ketahui dan informasi daerah operasi yang terbatas. Beruntunglah ada seorang ABK yang berkualifikasi selam scuba, maka selesailah masalah tersebut.
Konsolidasi
Sewaktu Indonesia menyiapkan diri untuk melaksanakan operasi mandala untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda. “Bisul telah meletus”, 19 Desember 1961. TRIKORA di kumandangkan oleh Presiden Soekarno, diantisipasi oleh TNI dengan menggelar Operasi Mandala, operasi ini akan melaksanakan operasi amfibi menggunakan 100 kapal perang dan mendaratkan 150.000 personel, dengan melihat begitu besarnya unsure yang dilibatkan maka kebutuhan akan Pasukan katak sangat di perlukan. Menteri/Kasal waktu itu mengistruksikan persiapan pembentukan pasukan katak. Tindakan yang pertama dilaksanakan adalah menyiapkan grup instruktur yang akan melatih 100 Bintara dan Tantama ditambah 15 Perwira dari RPKAD (kopassus) dan sukarelawan. Pelatihan instruktur ini berlangsung dari bulan Januari hingga April 1962, selain itu ALRI juga mengirim salah satu perwiranya ke Eropa guna mempelajari seluk beluk Pasukan Katak di Eropa.
Pada tanggal 31 Maret 1962 sesuai dengan Kepmen/Kasal no 5401.13 Kopaska ALRI telah di tetapkan, dengan komandan pertamanya Ltk. Op. Koesno. Kurang lebih sebulan kemudian 15 orang instruktur telah tersedia. Pada tanggal 15 Mei, seolah-olah tidak memberikan waktu untuk beristirahat kepada para instruktur baru ini Men/Kasal memerintahkan Kopaska untuk melatih cikal bakalnya frogmen ALRI ke Batujajar yang merupakan Pusat pelatihan komando RPKAD. Masih dalam tahun 1962 Indonesia menerima berbagai bantuan senjata dan pelatihan dari Uni Soviet (Rusia). Diantara peralatan selam dan demolisi, demi kepentingan ini maka 6 Instruktur dikirim ke Rusia.
Aneh tapinya, Kopaska sebagai satuan tempur telah mencetak Paska RPKAD. Rupanya keanehan ini tidak hanya di tertawakan saja oleh para senior Kopaska akan tetapi tertawanya berhenti setelah di bentuk lembaga pelatihan sendiri yang kemudian di sebut SEPASKAL (Sekolah pasukan Katak Angkatan Laut) pada bulan Januari 1963. Berbekal mencetak Paskal RPKAD dan memfaatkan hubungan professional yang telah terbina Kopaska memanfaatkan SKAD (Sekolah Komando Angkatan Darat) Batujajar sebagai pihak yang mengisi kemampuan komando hutan. Untuk problem-problem laut dan demolisi dilaksanakan dengan kerjasama erat dengan Komando jenis Kapal Selam (SETAKSEL). Betapa beratnya latihan ini, dapat digambarkan dari 50 Chantoka hanya disisakan 24 orang saja untuk ALRI.
Pengabdian
Satkopaska Armatim
Dwikora 1963, mengganggu jalannya latihan dasar para Chantoka, demi kepentingan “A” Dwikora ini para Chantoka harus di lahirkan premature. Para katak premature ini kemudian dikirim ke Riau untuk melaksanakan penugasan-penugasan yang berkaitan dengan intelejen. Pada tahun 1964-65 Pamor kopaska semakin baik, sehingga permintaan untuk tenaga pelatihan datang bertubi-tubi, diantaranya melatih para Bintara Dinas Intelejen ABRI, menyiapkan Paskowan (Pasukan Komando Sukarelawan 1) yang didalamnya juga terdapat anggota Kopaska, Paskowan-2, Cakrabirawa yang terdiri dari 1 peleton Kipam marinir dan 1 kompi Cakrabirawa.
Dalam sejarah pembetukannya Kopaska tak lepas dari keterlibatan pihak asing yang kemudian mempengaruhi Kopaska sendiri, yang pertama kali si penyelia militer Belanda, kemudian UDT AS, ditambah Letkol OP. koesno ke eropa. Tetapi memang benar bahwa Kopaska seperti yang kita lihat di pengaruhi juga oleh UDT/SEAL USN (Mobile Training Team, UDT/Sea Air and Land US Navy) pada tahun 1979, di tindak lanjuti kemudian dengan latma (latihan bersama) UDT/SEAL maupun EOD (Explosive Ordnance Disposal). Namun karena Kopaska merupakan bagian dari system senjata TNI AL maka Kopaska juga sering terlibat dalam latma TNI AL dan angkatan laut negara lain, antara lain dengan Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Australia dan lain-lain.
Pengembangan
Pada masa damai pernah dilibatkan dalam penugasan penumpasan G30S/PKI, merebut material penting berupa dokumen-dokumen PKI, pengamanan proyek waduk Jati Luhur, Operasi Seroja untuk menyiapkan pantai pendaratan dan penggalangan sejumlah misi sabotase, pengejaran bajak laut maupun anti perompakan di selat Malaka, selat Philips dan sekitarnya, juga terlibat dalam penanganan konflik Ambon dalam bentuk pengamanan objek vital maupun patrol-patroli tempur termasuk ke daerah Nanggroe Aceh Darusallam. Dari pengalaman yang tercatat maupun yang tidak tercatat oleh sejarah, Kopaska kemudian menjadi dewasa, menentukan jati dirinya yang di tandai dengan peran dalam operasi laut khusus maupun amfibi.
Kopaska memang lahir dari gagasan Kapt Dch Iskak, barangkali gagasan ini di ilhami dari episode-episode para ksatria laut PD-II baik dari sekutu maupun lawannya. Mungkin saja dari keberhasilan Pasukan Katak Italia dengan torpedo Chariot berhasil menenggelamkan kapal sekutu, disusul kemudian pembentukan pasukan serupa oleh Inggris, Jepang maupun Jerman sendiri. Namun demikian bagaimana cara membentuk pasukan inilah yang menjadi masalah bagi Kapt Dch iskak, bila perkiraan di atas benar kemungkinan besar bahwa orientasi tugas frogman cetakan Kapt Dch Iskak ini adalah pada sabotase-sabotase objek di laut maupun pendukungnya, yang saat ini merupakan bagian dari kegiatan peperangn khusus.
Pengiriman 2 kali ke UDT RTC memberikan bentuk yang lebih baik bagi Kopaska walaupun orientasi tugasnya sedikit berbeda, yaitu peran dalam operasi amfibi. Sesuai referensi yang ada disebutkan bahwa UDT adalah sebagai pengumpul data hidrografi, pembersihan pantai pendaratan dan pandu gelombang. Dalam persiapan pembentukan Kopaska Letkol OP Koesno membawa oleh-oleh dari Eropa berupa orientasi Kopaska yang diarahkan kepada perannya dalam peperangan laut khusus. Hingga saat ini masih terus rutin dilaksanakan Latma dengan US NAVY dengan sandi “Flash Iron” dua kali dalam setahun, Kopaska mendapatkan bekal tambahan berupa ketrampilan dan kemampuan dalam melaksanakan operasi-operasi dilaut, anti terror dan penugasan lainnya.
Dari seluruh pengaruh tersebut kemudian Pimpinan TNI AL merumuskan “Tugas Pokok” Kopaska seperti saat ini. Namun dapatkah dikatakan bahwa Kopaska indentik dengan Navy Seal?. Dapat dijawab “tidak” karena beberapa sebab, pertama karena menurut sejarah Kopaska tidak dirancang bertugas seperti Seal, kedua kebijakan politik Indonesia berbeda dengan AS, seluruh kepentingan AS baik didalam maupun di luar negeri sangan potensial sebagai sasaran teroris, sedangkan Indonesia secara legal tidak mengenal terorisme, dengan demikian Seal bukan saja mampu dalam penanganan anti terror namun di tugaskan dalam bidang ini, ketiga pengamanan operasi TNI secara terbatas di bandingkan dengan militer AS, hingga wajar bila SEAL berpengalaman melaksanakan operasi darat seperti di delta sungai Mekong, Vietnam maupun di Incheon, Korsel. Seal sendiri bagi Kopaska hanya sebatas inspirasi, bila dianggap sebagai sumber inspirasi maka jawabannya “Benar”. Kembali dari sejarah membuktikan secara langsung Kopaska dalam pendidikan UDT RTC maupun MTT UDT/SEAL, sedangkan Pasukan Katak negara-negara lain secara sederhana lebih enak dikatakan sebagai silahturahmi antar sesama masyarakan peperangan laut khusus.
Kemampuan Kopaska dalam peperangan laut khusus antara lain. Pengintaian Khusus (menyiapkan pantai dan hidrografi), Peperangan Laut Khusus (menciptakan keseimbangan taktis hingga mendapatkan keunggulan strategis bagi satuan tempur TNI AL), Anti Teror di Laut terutama dalam pembebasan sandera (Hostage Rescue Team). Kemampuan-kemampuan tersebut di gunakan secara faktual guna mendukung keunggulan TNI AL di laut. Bila kita menggunakan parameter yang ada, dan pada suatu operasi dengan kekuatan beskala besar yang di dukung oleh Kopaska, maka kekuatan Kopaska relatif kecil di bandingkan dengan satuan-satuan tempur TNI AL lainnya, namun dampak yang dihasilkan oleh Kopaska adalah sangat besar. Resiko yang dihadapi oleh prajurit Kopaska dalam penugasannya adalah cukup berat dan berbahaya, oleh sebab itu kemampuan tempurnya di tuntut untuk mendukung keberhasilan dalam penugasannya. Maka memang sepantasnya Kopaska di sebut sebagai “Pasukan Khusus” atau termasuk “Pasukan Elit” dan barangkali sudah tidak diragukan lagi untuk menyandang predikat “Komando” di depan kata “Pasukan”. [N]
Comments
Post a Comment